Pekanbaru - TVRI Stasiun Pekanbaru membuat program baru dengan siaran berita dialek Melayu. Siaran ini pun ditanggapi beragam.
Ada yang menyebut sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia. Ada pula yang menganggap siaran berita itu bukan bahasa Melayu Riau, melainkan dialek Melayu Malaysia. Kalimat pembukan dalam siaran berita yang ditayangkan setiap hari Minggu pukul 17.30 itu adalah, "encik-encik dan puan-puan".
Dialek bahasa melayu dalam siaran berita TVRI Pekanbaru itu kental dengan nuasan dialek Melayu Malaysia. Dielak Melyau Malaysia itu dapat dilihat dari semua kalimat yang berakhir dengan huruf A menjadi huruf E. Misalkan menyebut kalimat Kemana menjadi Kemane.
Menurut tokoh adat Melayu Riau, Al Azhar dalam perbicangan dengan detikcom, Selasa (12/2/2008), bahwa bila dalam penyampaian kalimat dalam bahasa melayu lebih banyak kata A menjadi E, hal itu menunjukkan bahwa dialek tersebut merupakan bahasa melayu Johor atau Malaka di Malaysia.
"Padahal, dialek bahasa Melyau Riau dengan Melayu Malaysia sangat jauh berbeda. Kemiripan dialek bahasa Melayu Malaysia itu lebih banyak dipakai masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Sedangkan Riau daratan jelas berbeda," terang Al Azhar yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pemuka Masyakat Riau (FKPMR).
Dia menjelaskan, sejuah ini memang belum ada kesatuan pandangan soal bahasa Melayu Riau itu sendiri. Tapi paling tidak, secara garis besar bahasa Melayu Riau saat ini lebih mudah ditandai dengan perubahan huruf A menjadi O diakhir kata.
"Misalkan, kalimat Kemana menjadi Kemano. Saya belum lihat langsung siaran berita bahasa melayu itu. Tapi saya menilai apa bila dalam siaran berita itu akhir kata A menjadi E itu jelas dialek Melayu Malaysia," kata Al Azhar sekaligus menyarankan, TVRI Pekanbaru, sebaiknya lebih mengarah pada bahasa Melayu Riau ketimbang bahasa Melayu Malaysia.
Sedangkan Firdaus Basyir seorang advokasi menilai, sebaiknya TVRI dalam siaran berita menggunakan bahasa Indonesia yang benar. Hal itu dimungkinkan, bahwa penduduk Riau saat ini sangat heterogen. "Akan lebih sempurna kalau berita itu dalam bahasa Indonesia ketimbang dialek melayu Malaysia. Lagi pula TVRI itukan milik bangsa Indonesia bukan milik etnis tertentu," kata Firdaus.
Kepala Pemberitaan TVRI Pekanbaru, Ardison yang dihubungi detikcom mengatakan, pihaknya siap menerima kritikan dari berbagai pihak soal penggunaan bahasa Melayu tersebut. Dia mengakui sejuah ini bahasa melayu memang sangat beragam. Sehingga pihak TVRI lebih memilih bahasa Melayu yang lebih mudah dipahami secara umum yang mengarah pada dielak Melayu Malaysia.
"Kita menggunakan dialek melayu dalam siaran berita itu dari pertimbangan berbagai pihak. Namun apa bila ada kritikan dan saran untuk yang lebih baik lagi, kami siap untuk menampungnya," kata Ardison. ( cha / djo )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!